Minggu, 06 April 2014

Bentang Alam Vulkanik



bentang alam vulkanik
BENTANG ALAM VULKANIK

Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari dalam bumi. Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerak-gerak tektonik. Gunung-gunung api biasanya dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone).



A. Proses Vulkanisme
Dalam kaitannya dengan bentang alam, gunungapi mempunyai beberapa pengertian antara lain :
Ø Merupakan bentuk timbulan di permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan material/rempah gunungapi.
Ø Merupakan tempat munculnya material vulkanik lepas sebagai hasil aktivitas magma di dalam bumi (vulkanisme).

Berdasarkan proses terjadinya ada tiga macam vulkanisme,yaitu :
1. Vulkanisme Letusan, dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunungapi yang tinggi dan terjal.
2. Vulkanisme Lelehan, dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah. Vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunungapi yang rendah dan berbentuk perisai, misalnya Dieng, Hawai.
3. Vulkanisme Campuran, dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental. Vulkanisme ini menghasilkan gunungapi strato, misalnya Gunung Merapi dan Merbabu.



Jenis lava dalam hubungannya dengan erupsi yang bersifat lelehan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, tipe “AA” dan tipe “ pa hoe hoe”. Lava “AA” bersifat skoriaan dan runcing, sedang tipe “pa hoe hoe” bersifat halus.

                                       Gambar II.3. Jenis lava “AA” dan  Jenis lava “pa hoe hoe”

Adanya vulkanisme dapat dicirikan oleh beberapa hal diantaranya adalah:
1. Mayor : adanya gunungapi
2. Minor : a. Xenolit
b. Volcanic neck
c. Gua lava
d. Ekshalasi : fumarol, solfatar, mofet



Gambar II.5. Illustrasi volcanic neck, dike, sill, batholith, xenolith, laccolith,dll.


Faktor yang mempengaruhi bentuk gunungapi dan proses vulkanisme antara lain :
Ø sifat magma (komposisi, kekentalan)
Ø tekanan (berhubungan dengan jumlah kandungan gas)
Ø kedalaman dapur magma
Ø faktor eksternal (iklim, suhu)



B. Klasifikasi Gununungapi
Berdasarkan lokasi pusat kegiatan, Rittmann (1962) membuat klasifikasi letusan gunungapi, yaitu :
1. Letusan pusat (terminal eruption), dimana lubang kepundan merupakan saluran utama bagi peletusan.
2. Letusan samping (subterminal effusion), akan terbentuk apabila magma yang membentuk sill sempat menerobos ke permukaan, pada lereng gunungapi.
3. Letusan lateral (lateral eruption), dimana korok melingkar (ring dike) dapat berfungsi sebagai saluran magma ke permukaan.
4. Letusan di luar pusat (excentric eruption), terjadi di bagian kaki gunungapi, dengan sistem saluran magma tersendiri yang tak ada kaitannya dengan lubang kepundan utama.

Gambar II.7. Diagram letusan berdasarkan lokasi pusat kegiatan menurut Rittmann (1962).


Escher (1952) mengklasifikasikan tipe letusan berdasarkan viskositas, tekanan gas dan kedalaman dapur magma menjadi tujuh tipe :

Tipe Erupsi, Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka erupsi gunungapi dibagi menjadi beberapa tipe :
  • Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana
  • Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunungapi sering aktif di tepi benua atau di tengah benua;
  • Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah besar;
  • Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit;
  • Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa;
  • Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik;
  • Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.


                                                             Gambar. Tipe tipe Erupsi

Periode kegiatan dan periode istirahat letusan gnungapi sangat tergantung pada :
1. Kedalaman dan ukuran dapur magma.
2. Besarnya tenaga potensial dalam dapur magma dan besarnya tenag yang dilepaskan.
3. Kandungan gas dan proses pembentukan gas kembali (degassing).
4. Besar-kecilnya atau ada-tidaknya gangguan kesetimbangan atas aspek fisika-kimia.
5. Sifat penyaluran tenaga ke araah permukaan yang dikendalikan oleh sistem rekahan atau pensesaran.

C. Morfologi Gunungapi
Morfologi gununungapi dapat dibedakan menjadi tiga zona dengan ciri-ciri yang berlainan, yaitu :
a. Zona Pusat Erupsi
- banyak radial dike/sill
- adanya simbat kawah (plug) dan crumble breccia
- adanya zona hidrotermal
- endapan piroklastik kasar
- bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi

b. Zona Proksimal
- material piroklastik agak terorientasi
- pada material piroklastik dan lava dijumpai pelapukan, dicirikan oleh soil yang tipis
- sering dijumpai parasitic cone
- banyak dijumpai ignimbrit dan welded tuff

c. Zona Distal
- material piroklastik berukuran halus
- banyak dijumpai lahar


D. Macam-macam Bentang Alam Vulkanik
Bentang alam vulkanik dibedakan menjadi beberapa macam dengan dasar klasifikasi kenampakan visual morfologinya. Srijono (1984, dikutip Widagdo, 1984), menggambarkan klasifikasi bentang alam vulkanik berdasarkan bentuk morfologinya. Klasifikasi tersebut dapat diuraikan menjadi :
                                                      Gambar. Macam macam bentang alam


      a.  Bentuk Timbulan (Morfologi Positif) / Kubah Vulkanik

Merupakan morfologi gunungapi yang mempunyai bentuk cembung ke atas. Morfologi ini dibedakan atas dasar asal kejadiannya menjadi :
a. Kerucut Semburan
- Kerucut Semburan Utama
Merupakan morfologi kerucut semburan yang terbentuk oleh erupsi lava yang bersifat kental/andesitik.
- Kerucut Parasit (Parasitic Cone)
Merupakan morfologi yang terbentuk sebagai hasil erupsi gunungapi yang berada pada lereng gunungapi yang lebih besar.
- Kerucut Sinder (Cinder Cone)
Merupakan morfologi yang terbentuk oleh erupsi kecil yang terjadi pada kaki gunungapi, berupa kerucut rendah dengan bagian puncak tampak cekung datar.


b. Kubah Lava (Lava Dome)
Merupakan morfologi yang berbentuk kubah membulat yang terbentuk oleh magma yang sangat kental, biasanya dacite/rhyolite. Kubah terdiri dari satu atau lebih aliran lava individu.

c. Gunungapi Tameng/Perisai
Merupakan morfologi yang terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh ke semua arah dala jumlah besar dari suatu kawah besar/kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relatif tipis. Sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan tingginya.
d. Dataran Vulkanik
Secara relatif, dataran vulkanik dicirikan oleh puncak topografi yang datar, dengan variasi beda tinggi yang tidak mencolok. Macam-macam dataran vulkanik diantaranya adalah dataran basal, plato basal dan dataran kaki vulkan.

e. Vulkan Semu
Vulkan semu adalah morfologi mirip kerucut gunungapi, bahan pembentuknya berasal dari vulkan yang berdekatan. Dapat pula terbentuk oleh erosi lanjut terhadap suatu vulkan yang sudah lama tidak menunjukkan kegiatannya (mati). Morfologi ini kemungkinan dihasilkan oleh suatu sistem patahan mayor yang melintasi gunungapi aktif dan mampu mengangkat massa yang besar.

b. Depresi Vulkanik (Morfologi Negatif)
Depresi vulkanik adalah morfologi bagian vulkan yang secara umum berupa cekungan. Berdasarkan material pengisinya depresi vulkanik dibedakan menjadi :
a. Danau Vulkanik
Danau vulkanik yaitu depresi vulkanik yang terisi oleh air sehingga membentuk danau.
b. Kawah
Yaitu depresi vulkanik yang terbentuk oleh letusan dengan diameter maksimum 1,5 km, dan tidak terisi oleh apapun selain material hasil letusan.
c. Kaldera
Yaitu depresi vulkanik yang terbentuknya belum tentu oleh letusan, tetapi didahului oleh amblesan pada komplek vulkan, dengan ukuran lebih dari 1,5 km. Pada kaldera ini sering muncul gunungapi baru. Menurut H. William (1947), berdasarkan proses yang membentuknya kaldera dibedakan menjadi :
1. Kaldera letusan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan gunungapi yang sangat kuat yang menghancurkan bagian puncak kerucut dan mnyemburkan massa batuan dalam massa yang sangat besar.
2. Kaldera runtuhan, yaitu kaldera yang disebabkan oleh letusan yang berjalan cepat yang memuntahkan batuapung dalam jumlah banyak, sehingga menyebabkan kekosongan pada dapur magma.
3. Kaldera erosi, yaitu kaldera yang disebabkan oleh erosi pada bagian puncak kerucut, dimana erosi akan memperlebar daerah lekukan sehingga daerah kalderah tersebut semakin luas.

Selain morfologi di atas, berikut disampaikan macam-macam morfologi hasil erupsi vulkanik :
1. Morfologi hasil erupsi sentral
a. Dari magma encer :
- Hornitos
- Exogeneous dome
b. Dari magma intermediet :
- Cinder Cone
- Pyroclastic ring fall
- Indogeneous dome
c. Dari magma kental :
- Maar
- Crater
- Kaldera
2. Morfologi hasil erupsi celah
a. Berasal dari magma encer :
- Lava flow
- Lava plateu
b. Dari magma intermediet :
- Tanggul lava
- Strato volkanic ridge
c. Dari magma kental :
- Endogeneous ridge

Kalau tidak ada gangguan, suatu gunungapi yang tumbuh semakin besar akan mempunyai bentuk yang teratur, baik berupa kerucut maupun bentuk lainnya. Faktor-faktor yang menyebabkan tidak teraturnya bentuk gunungapi antara lain :
1. Kegiatan vulkanisme, seperti pembentukan kaldera, dimana kegiatan tesebut akan mengganggu pekembangan suatu gunungapi.
2. Berpindahnya pusat kegiatan gunungapi (pipa kepundan), dimana berkaitan erat dengan keaktifan tektonik daerah setempat.
3. Tekanan arus dari aliran lava yang naik ke atas, yang lama-kelamaan akan merusak dan menghancurkan dinding kepundan.
4. Adanya kerucut spater (spatter cone), yaitu suatu kerucut yang bersisi curam yang tersusun dari batuan bahan lepas yang terendapkan di atas celah atau pipa kepundan, dan umumnya berkomposisi basalan; atau hornito yang juga merupakan kerucut spater di sekitar ujung aliran lava.
5. Adanya gua-gua pada aliran lava (lava tube).

  E. Bentang Alam Vulkanik dalam Peta Topografi
Pada peta topografi, bentang alam vulkanik memiliki kenampakan pola kontur yang khas. Umumnya pola kontur yang dibentuk oleh bentang alam vulkanik adalah sirkuler dan radier sesuai dengan bentuk bentang alamnya. Disamping memiliki pola kontur yang khas, bentang alam vulkanik juga dicirikan oleh pola penyalurannya yang khas yaitu sirkuler ataupun radier.
II.7 Klasifikasi Relief
Van Zuidam (1983), mengklasifikasikan relief berdasarkan morfometri dan morfografi sebagai berikut :
Klasifikasi Relief Persen lereng (%) Beda tinggi (m)
Datar/hampir datar 0 – 2 < 50
Bergelombang landai 3 – 7 5 – 50
Bergelombang miring 8 – 13 25 – 75
Berbukit bergelombang 14 – 20 50 – 200
Berbukit terjal 21 – 55 200 – 500
Pegunungan sangat terjal 56 – 140 500 – 1000
Pegunungan sangat curam > 140 > 1000
Diposkan oleh arioarief di 20.28 Description: http://img1.blogblog.com/img/icon18_email.gif


 Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar